Sumba dan Film-film Yang Membersamainya


Hari pertama menginjakkan kaki di Sumba, saya terpesona. Baru akan mendarat, perbukitan berwarna cokelat seakan menyambut beberapa dari kami yang baru saja bersua dengan Sumba. Seperti yang banyak diketahui, Sumba dikenal dengan julukan Negeri Seribu Bukit karena sepanjang jalan bahkan hampir keseluruhan pulaunya adalah tanah berundak-undak.

Baca juga:
Menikmati Senja di Pantai Walakiri, Sumba Timur
Suatu Sore Di Kalamba, Sumba Timur.
**

Saya mengenal Sumba tidak hanya dari pelajaran geografi yang mulai diajarkan semenjak SMP. Atau di pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang diberikan di kala SD. Namun, saya mengenal lebih dalam Sumba dari sebuah film yang disutradarai oleh Garin Nugroho dan dibintangi oleh Maudy Koesnaedy. Film yang saya tonton di stasiun televisi itu membuat saya merasa takjub akan keindahan Pulau Sumba. Seperti yang sudah publik ketahui, kepiawaian Garin dalam menyutradarai sebuah film tidak perlu diragukan lagi. Banyak film yang digarap sukses secara sinematik dan kualitasnya juga tidak main-main.  Termasuk Film Angin Rumput Savana yang lokasi pengambilan gambarnya banyak dilakukan di Sumba. 

Film yang dirilis tahun 1995 ini berkisah tentang Wulang, seorang gadis Sumba yang mengenyam pendidikan kedokteran di Jakarta dan memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Namun kontrasnya budaya antara kehidupannya di Jawa dengan Sumba membuat Wulang dilema, apakah tetap bertahan di Sumba atau kembali ke Pulau Jawa.
Saya tidak terlalu ingat persisnya cerita di film ini, yang saya ingat adalah bukit-bukit hijau Sumba dan kuda-kuda yang diternak secara liar yang berlarian di rerumputan savana. Dan, hal lain yang saya ingat adalah adegan penuh simbolik ciri khasnya Garin. Memukau.

Di usia dewasa, ingatan Sumba kembali menyeruak. Kali ini film besutan Riri Reza yang ikut andil mengingatkan memori saya tentang Sumba. Film berjudul Pendekar Tongkat Mas adalah film action kolosal yang lokasi penggarapannya sebagian besar dilakukan di Sumba.
Saya sengaja menonton film ini karena deretan para pemain di film ini benar-benar menjanjikan. Reza Rahadian, Nicholas Saputra, Christine Hakim, Tara Basro, Eva Cilia mengambil bagian penting dalam film yang berkisah tentang murid yang berkhianat kepada gurunya.

Secara alur cerita, film Pendekar Tongkat Mas seperti film kolosal yang sudah-sudah. Pembunuhan, balas dendam, pengkhianatan. Namun yang membuat saya tertarik menyaksikan film ini adalah latar tempat yang digunakan. Keindahan perkampungan, bukit-bukit yang memesona menjadi tempat latihan para ksatria dan jernihnya sungai membuat kekaguman saya terhadap Sumba semakin menguat.

Secara geografis, Sumba masuk dalam Propinsi Nusa Tenggara Timur. Walaupun banyak orang yang kerap tertukar dengan Sumbawa yang masuk ke dalam Propinsi Nusa Tenggara Barat. Walaupun kedua pulau ini lumayan berdekatan (jika dilihat di peta), banyak orang yang sulit membedakan, bisa jadi karena nama yang mirip, bukit-bukit yang juga banyak di kedua pulau, kuda yang banyak diternakkan. Namun, sesunguhnya tradisi antara Sumba dan Sumbawa jelas berbeda.

Setelah disambut bukit-bukit cokelat, pesawat kecil yang saya naiki dari Denpasar mendarat dengan mulus. Begitu pun dalam mengambil barang di bagasi, semua berjalan dengan lancar. Saat keluar dari Bandar Udara Umbu Mehang Kunda, suhu ekstrim mulai saya rasakan. Pertama kalinya saya berkunjung Sumba memang sedang dilanda kemarau. Saking panasanya rumput serta tanaman akan berwarna cokelat dan mengering.

Saya tidak pernah membayangkan dapat berkunjung ke pulau nan eksotis ini. Banyak sekali orang yang mengidam-idamkan untuk berkunjung ke Sumba dan harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Sedangkan saya, Alhamdulillah, ada pihak yang mengundang kami (tim Bogor) untuk melakukan pelatihan guru-guru di Sumba.
Sumba pulau eksotis Indonesia
Saya di Padang Rumput Savana, Sumba
**
Hari kedua di Sumba, perjalanan sesungguhnya mulai dilakukan. Kami menembus jalanan membelah bukit dengan mobil yang sudah disiapkan. Keindahan rerumputan dan pohon yang mengering membuat Sumba semakin eksotis. 

Adegan menakjubkan ini mengingatkan saya pada adegan di Film Marlina: Pembunuh Dalam Empat Babak di mana Marlina yang diperankan oleh Marsha Timothy berjalan dengan menarik kuda sambil membawa kepala manusia yang dipenggalnya. Film yang disutradarai Mouly Surya ini memang salah satu film terbaik Mouly. Banyak penghargaan yang diberikan termasuk sutradara terbaik dan pemeran utama wanita terbaik. 

Perjalanan dari Kota Waingapu menuju beberapa sekolah di pedalaman memakan waktu hingga dua jam.  Suhu ekstrim, angin yang tidak berhembus membuat suasana semakin panas dan gerah. Untung saja air minum tersedia cukup banyak. 

Kami sampai di sebuah sekolah. Di samping sekolah terdapat beberapa rumah. Kebun di samping rumah dipagar dengan menggunakan kayu hidup, sepanjang perjalanan kebun rumah juga ditutupi dengan batu yang disusun sedemikian rupa. Ternak yang dipelihara secara liar membuat pemilik rumah harus ekstra dalam menjaga tanamannya.

Setelah berbincang perihal pelatihan untuk esok hari. Saya menyempatkan melihat rumah penduduk. Ada sekitar lima rumah dengan design rumah adat Sumba “Uma”, di antaranya ada kubur batu yang merupakan makam khas Sumba. Bicara soal Kubur Batu, ingatan saya kembali menyeruak di bagian Film Marlina. Saat para perampok datang ke rumah Marlina, ada mayat suami Marlina yang diselimuti kain tenun berada di sudut rumah. Upacara kubur batu yang menelan biaya yang tidak sedikit membuat Marlina belum melakukan penguburan. Mahalnya biaya penguburan juga tersirat dalam dialog-dialog pada adegan di mana perampok mengambil seluruh ternak Marlina.
***
Sekolah-sekolah yang kami kunjungi berada di utara Sumba Timur, jadi beberapa kali kami dapat melihat pantai indah Sumba. Saat makan siang, kami menepi ke Pantai Purkambera, salah satu pantai indah nan eksotis di Sumba.

Keindahan Pantai Purkambera dimulai dengan pasir putihnya yang bersih. Kemudian air laut  yang berwarna hijau toska di area dangkal, dan warna biru di area yang agak lebih dalam. Indah sekali. Belum lagi area pantai yang sepi sehingga berasa seperti pantai milik pribadi. Di seberang lautan Pulau Flores terlihat samar. 

Eksplor pantai demi pantai ini diabadikan di Film Susah Sinyal besutan Ernest. Film yang dibintangi Ardina Wirasti dan beberapa pemain baru ini sebagian besar lokasi pengambilan gambar ada di Sumba. Film dengan gendre drama komedi ini menghadirkan drama antara hubungan penting anak dan ibu yang diwarnai dialog-dilaog segar dan lucu dari pemain sekaligus komika terkemuka Indonesia.

Salah satu pantai yang digunakan sebagai lokasi syuting adalah Pantai Walakiri. Saya sempat menuliskannya disini karena saya juga berkesempatan untuk mengunjunginya. 
Pantai Walakiri Sumba Timur
Pantai Walakiri, Sumba
Kami menikmati makan siang di bawah pohon sembari menatap lautan dan ombak kecil yang menemui pasir putih di bibir pantai. Mahal mendapatkan moment semewah ini. Banyak memang pengunjung yang melakukan hal serupa di pantai-pantai lainnya, namun tidak banyak yang melakukannya di pantai seindah Pantai Purkambera dengan pengunjung yang hanya kami saja.
***

Mobil membelah jalanan berdebu, di sisi kanan dan kiri, rumput dan pohon yang mengering di bukit-bukit terlihat begitu eksotis. Suhu ekstrim yang berbeda jauh dengan suhu di Bogor tak menghalangi langkah kami untuk mengunjungi satu sekolah lagi yang menjadi tempat pelatihan nanti. 

“Kapan ya, aku bisa berkunjung ke Sumba?”

Beberapa pertanyaan penuh harap terlontar dari beberapa teman yang berkomentar di status sosial media saya tentang Sumba.

“Belum... mungkin nanti kalau ada kesempatan. Atau... tonton film-film yang membersamai Sumba dan lamatkan doamu dalam penuh harap.” Saya membalas.

“Seperti yang selama ini kamu lakukan?” tanyanya. 


15 komentar

  1. Keren... jadi pengen ke Sumba mas. Semoga suatu saat saya bisa menikmati keindahan alamnya juga.

    BalasHapus
  2. Wow, mas nya pengamat daerah Sumba ya, sampai2 film yang berlatar Sumba hafal dan bisa ceritain dengan baik. Saya cuma sekedar tahu klo Sumba banyak bukit n pantai yang indah. Sampai saat ini masih belum pernah menginjakkan kaki kesana.

    BalasHapus
  3. Akupun bertanya-tanya dalam hati, kapan ya aku ke Sumba? Hihi

    BalasHapus
  4. Baca artikel nya tentang film kolosal kok aku jadi inget film si Midun, pemain utamanya Gusti Randa dan Novia Kolopaking kalo ga salah yac, film midun , film ttg tradisi dan budaya orang Sumba. Itu film pertama yg mengangkat budaya dan daerah Sumbar kalo ga salah juga hihihi,,,

    BalasHapus
  5. Suka banget sama film-film yang mengangkat tentang alam dan kekayaan Indonesia. Film Marlina yang paling favorit.

    BalasHapus
  6. Sumbawa nih jadi salah satu destination trip aku kak... Semoga oneday, bisa bener-bener kesana 😊

    BalasHapus
  7. Baru tau saya kalau film tak hanya diingat ceritanya aja, tetapi tempat yang menjadi lokasi syutingnya. Ternyata juga bisa membuat penonton teringat terus. Bagus juga ya film jadi ajang promosi wisata

    BalasHapus
  8. Kalau ingat Sumba emang inget padang rumputnya, trus inget kainnya kyk yg di potomu mas. Trus inget kuda dan susu kuda liar haha :D
    Ternyata emang sering dijadikan lokasi shooting pilem yaaaa. Emang latar tempat yang bagus sih :D

    BalasHapus
  9. Sumba sebagus itu yaa!
    Aku udah pengen banget ke sana dari jaman dulu, soalnya kan hampir tiap minggu ada acara trip yg ke Sumba dan dan sebagainya itu. Tp Sumba emang paling kece sih

    BalasHapus
  10. Seharusnya film-film indonesia memakai latar tempat yang benar-benar di indonesia. Karena begitu banyak tempat yang begitu menakjubkan di Indonesia. contohnya saja sumba ini ya.

    BalasHapus
  11. Keren ya... Tahu sumba tu dari iklan festival kuda sumba dari Genpi, sepertinya panoramanya memang keren dan menarik sekali..

    BalasHapus
  12. Sumba, memang daerah Indonesia yang eksotis banget ditambah kulturnya yang masih sangat kental. Terakhir saya nonton film yang shootingnya di Sumba itu, Marlina Si Pembunuh dalam 3 babak. Langsung jatuh cinta sama view Sumba

    BalasHapus
  13. Barusan saja istriku bilang ingin sekali bisa ke Sumba. Kujawab dulu kita tinggal di Sumbawa, padahal tinggal naik mobil 8 jam ke Bajo. Nyeberang bisa jalan ke sana. Sayangnya saat itu ga punya uang lebih.

    BalasHapus
  14. NTT memang terlalu indah untuk dilupakan. Aku juga peenah ke sana. Untuk film Indonesia pilihanku tentang provinsi ini yaitu 'Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara'

    BalasHapus
  15. Sumba masih menjadi salahsatu list dari destinasi wisata yang harus dikunjungi. Karena keindahan alam yang ditawarkannya memang masyaAllah

    BalasHapus