SLA Battery dari Samoto: Solusi Cerdas untuk Kebutuhan Energimu

Kebutuhan akan sumber daya listrik dewasa ini kian hari kian banyak diperlukan mengingat sumber daya listrik menjadi solusi energi terbarukan yang mulai gencar digunakan dalam kehidupan manusia terutama dalam sektor transportasi dan industri. 

Nah, sebagai seorang konten kreator penggunaan listrik tuh seperti soulmate yang tidak dapat dipisahkan. Bagaimana tidak perangkat elektronik seperti gadget yang digunakan dalam produksi sebuah konten sangat bergantung pada listrik. Jaringan internet sebagai tempat pendistribusian konten juga bergantung sepenuhnya pada jaringan listrik.

Untuk itu, kebutuhan akan sumber daya listrik yang andal dan efisien menjadi sesuatu yang sangat penting agar kegiatan dalam dunia perkontenan berjalan dengan baik dan lancar. 

Baterai SLA (Sealed Lead Acid)

Salah satu solusi dalam kebutuhan akan sumber daya listrik yang efisien adalah baterai SLA (Sealed Lead Acid). Baterai SLA (Sealed Lead Acid) adalah jenis baterai timbal-asam (lead acid) yang tertutup rapat sehingga tidak memerlukan perawatan rutin seperti menambah air aki.

Ciri-ciri Baterai SLA yang penting untuk diketahui di antaranya

  • Tertutup rapat (sealed)

Baterai SLA tidak ada ventilasi terbuka, hal ini membuat baterai aman dari kebocoran asam.

  • Bebas perawatan (maintenance-free)

Baterai SLA sangat praktis karena tidak memerlukan penambahan air suling seperti aki konvensional.

  • Menggunakan elektrolit terserap (AGM atau Gel)

Elektrolit pada baterai SLA diserap dalam separator atau berbentuk gel, sehingga tidak mudah tumpah.

Berbagai macam kemudahan dan kepraktisan baterai SLA ini menjadikan baterai jenis ini menjadi solusi cerdas kebutuhan energi modern. 

Baterai SLA Samoto

Sebagai salah satu merek motor listrik terkemuka di Indonesia, Samoto fokus pada transisi bahan bakar minyak ke energi listrik yang tentu saja ramah akan lingkungan karena tidak menimbulkan emisi gas yang menimbulkan polusi udara.

Selain berfokus pada motor listrik, Samoto juga menghadirkan produk berkualitas seperti SLA Battery. Nah, Samoto memproduksi berbagai tipe baterai SLA, termasuk varian deep cycle yang dirancang khusus untuk penggunaan jangka panjang dengan siklus pengosongan dan pengisian ulang yang dalam. Baterai jenis ini sangat cocok digunakan untuk sistem tenaga surya, UPS (Uninterruptible Power Supply), kendaraan listrik, hingga peralatan industri.

Baterai SLA dari Samoto ini menggunakan teknologi baterai VRLA (Valve Regulated Lead Acid) yang membuatnya lebih praktis dan aman untuk digunakan di dalam ruangan. Tidak hanya itu, desainnya yang tertutup juga membuatnya lebih tahan terhadap guncangan dan kebocoran.

Dari segi kapasitas, Samoto menawarkan berbagai pilihan mulai dari 1,2Ah hingga 200Ah, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna. Untuk penggunaan skala kecil seperti mainan anak atau perangkat portable, kapasitas rendah mungkin sudah mencukupi. Namun untuk sistem tenaga surya, UPS besar, atau kendaraan listrik, kapasitas lebih tinggi seperti 100Ah hingga 200Ah lebih disarankan agar dapat menampung dan menyuplai energi dengan optimal.

SLA Battery Samoto varian baterai deep cycle memiliki kelebihan dalam hal daya tahan. Baterai ini mampu menjalani siklus pengosongan hingga 80% dari kapasitasnya tanpa mengalami kerusakan signifikan. Hal ini menjadikannya sangat cocok untuk aplikasi yang membutuhkan suplai listrik stabil dan konsisten dalam jangka waktu lama, seperti pada sistem solar panel atau kendaraan listrik. Umur pakainya pun relatif panjang jika digunakan dan dirawat dengan baik.

Tidak hanya unggul dari sisi teknis, Samoto juga menyediakan layanan purna jual yang baik, termasuk garansi dan dukungan teknis. Produk mereka mudah ditemukan di berbagai platform e-commerce maupun distributor resmi di berbagai kota besar.

Secara keseluruhan, SLA Battery dari Samoto merupakan pilihan ideal bagi siapa saja yang membutuhkan sumber daya listrik yang andal, tahan lama, dan hemat biaya perawatan. Baik untuk keperluan rumah tangga, industri, maupun teknologi ramah lingkungan seperti energi surya, baterai ini mampu memenuhi berbagai kebutuhan dengan efisien. 

Dengan kombinasi kualitas dan harga yang kompetitif, Samoto membuktikan diri sebagai salah satu pemain terpercaya dalam industri baterai di Indonesia.



Peluncuran White Paper Vaksinasi Dewasa dan Lansia di Indonesia Terfokus pada Herpes Zoster (Cacar Api)

 


Virus Varicella-Zoster

Bicara soal virus Varicella-Zoster (VZV) sebagai penyebab penyakit cacar air, saya mengalami terkena virus ini pertama kali di usia 25 tahun. Ini di luar kebiasaan, karena teman-teman seumuran sudah terkena cacar air ketika masih seusia SD. Saya pikir kalau sudah terkena cacar air maka ke depannya akan aman dan tidak akan muncul lagi. 

Namun dugaan saya salah, pada Peluncuran White Paper Vaksinasi Dewasa dan Lansia di Indonesia Terfokus pada Herpes Zoster (Cacar Api) Kamis, 20 Maret 2025 dijelaskan bahwa reaktivasi virus Varicella-Zoster (VZV), yaitu virus yang sama menyebabkan Cacar Air. Setelah seseorang sembuh dari Cacar Air, virus tersebut menjadi dorman dalam saraf tubuh dan dapat ter-reaktivasi kembali menjadi Cacar Api di kemudian hari.

Jujur ya, tahu perihal ini saya lumayan khawatir mengingat usia saya yang tidak lagi muda. Apalagi sekitar 9 dari 10 individu dewasa berusia di atas 50 tahun sudah memiliki virus yang menyebabkan Cacar Api. Akibatnya 1 dari 3 orang individu dewasa berisiko terkena Cacar Api selama hidupnya. Walaupun umur saya masih belum 50 tahun, namun kita perlu waspadai dan tidak bisa menganggap perkara ini hal yang sepele.

Cacar Api, Gejala dan Komplikasinya

Cacar Api umumnya muncul sebagai ruam menyakitkan dan gatal pada satu sisi tubuh atau wajah dan ruam tersebut dapat sembuh dalam jangka waktu 2 sampai 4 minggu.

Terlihat biasa saja seperti serangan virus pada umumnya, akan tetapi Cacar Api dapat menyebabkan komplikasi serius. Komplikasi umum Cacar Api adalah nyeri saraf jangka panjang atau Nyeri Pasca Herpes (NPH). Dan yang perlu dijadikan perhatian adalah rasa nyeri yang timbul dapat berlangsung berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Komplikasi lainnya yang juga perlu jadi perhatian penting karena tergolong berat adalah dapat menyebabkan kebutaan terutama ruam yang ada di wajah, menyebabkan infeksi, gangguan pendengaran, gangguan pernafasan bahkan hingga menyebabkan kematian. 

Beruntung sekali, saya bisa menghadiri kegiatan peluncuran white paper karena membuat mata saya terbuka tentang Cacar Api, penyebarannya di Indonesia dan yang terpenting adalah pencegahannya. 

Pada peluncuran ini, Dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, selaku Konsultan Senior Ekonomi Kesehatan, Kalta Bina Insani (KBI) Consulting & Training menjelaskan “Untuk memenuhi kebutuhan data penyakit Cacar Api sekaligus membantu pemerintah dalam meningkatkan dan memperluas akses cakupan imunisasi dewasa di Indonesia.” 

“KBI telah melakukan kajian yang berfokus pada pentingnya imunisasi orang dewasa dan lansia sebagai upaya pencegahan penyakit seperti Cacar Api. Metode kajian meliputi tinjauan literatur (literature review), analisis data sekunder penyakit Herpes Zoster berdasarkan data klaim BPJS Kesehatan dari tahun 2015 s/d 2022, wawancara mendalam, dan Focus Group Disscussion (FGD) dengan Pemerintah Pusat/Lembaga terkait dan asosiasi medis,” lanjut Dr. Hasbullah.


Sebagai orang yang awam dan abai akan Cacar Api, pikiran saya benar-benar terbuka, terlebih ketika dr. Hasbullah menjelaskan mengenai data-data yang mengenai sebaran death yang memiliki angka kejadian kasus tertinggi. 

“Terdapat 10 provinsi di Indonesia yang memiliki angka kejadian kasus Cacar Api tertinggi seperti Provinsi Yogyakarta, Bali, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Timur, Sumatera Barat, Gorontalo, Riau dan DKI Jakarta. Tingginya kasus Cacar Api di wilayah tersebut kemungkinan karena populasi lansia yang tinggi di daerah tersebut dan juga sistem pelaporan kasus yang mungkin lebih baik dari daerah lain. Perlu diketahui bahwa data yang kami olah hanya 1% dari data klaim JKN dimana hasil masih jauh dari beban yang sebenarnya terjadi di lapangan,” jelas dr. Hasbullah.

Peluncuran White Paper Vaksinasi Dewasa dan Lansia di Indonesia Terfokus pada Herpes Zoster (Cacar Api)dilanjutkan dengan Diskusi dan Tanggapan bersama Bersama Dr. Dr. Hanny Nilasari, Sp. D. V. E, Dr. Dr. Sukamto Koesnoe dan dr. Hasbullah Thabrany, KPH, Dr. PH. Pada kegiatan diskusi tanya jawab dilakukan bersama teman-teman media, influencer dan blogger.


Banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari acara peluncuran ini salah satunya adalah pentingnya melakukan pencegahan terhadap suatu penyakit. Pencegahan yang dilakukan mungkin dananya terlihat besar di awal akan tetapi jika sudah terkena penyakit, biayanya berlipat-lipat kali lebih besar. Selain itu, momen kebahagiaan dalam hidup bisa saja berkurang karena rasa sakit yang terjadi dalam periode yang lama.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Manish Munot, selaku Presiden Direktur GSK Indonesia menyampaikan, “Vaksinasi pada orang dewasa dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan kualitas hidup, bahkan dalam beberapa kasus dapat menekan angka risiko rawat inap hingga setengah kalinya dan menekan angka kematian hingga sepertiganya.

Adanya kajian pada White Paper ini diharapkan dapat digunakan oleh pemangku kepentingan, khususnya pembuat kebijakan, sebagai rekomendasi untuk implementasi program imunisasi dewasa yang strategis untuk lansia yang sehat dan produktif. 

Yuk vaksinasi! Untuk informasi lebih lanjut kalian bisa cek www.KenaliCacarApi.com