Waspada Kejahatan Siber Perbankan

 


Saat kantor akan mengganti pembayaran gaji dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI), saya bahagia bukan main. Sebagai salah satu bank terbaik dan terbesar di Indonesia, BRI gampang sekali untuk diakses terutama ATM-nya. Bisa dipastikan di setiap daerah, ATM BRI pasti ada dan hadir sehingga jika ingin melakukan transaksi dan mengambil uang tidak akan menyulitkan.

Saat peralihan bank lama menuju BRI, terbersit keraguan yang tiba-tiba melintas. Banyak kasus yang beredar di masyarakat dan lumayan viral di sosial media terkait kejahatan siber yang akhirnya merugikan nasabah. Dan tidak sedikit kejadian yang menimpa nasabah BRI terkait dana di tabungan yang tiba-tiba raib begitu saja.

Namun keraguan saya mereda, karena adanya kejahatan siber termasuk penipuan terhadap nasabah bukan kesalahan bank, akan tetapi murni kesalahan nasabah yang dengan mudahnya memberikan akses dan kesempatan kepada pelaku kejahatan termasuk pelaku kejahatan siber.

Pernah beberapa kali saya ditelepon pihak yang mengatasnamakan bank atau e-commerce tertentu. Modus yang biasa mereka gunakan adalah menjadi pemenang dengan hadiah uang tunai yang menggiurkan jumlahnya. Jika tidak teliti, maka si penipu akan dengan mudah menggiring kita untuk ke ATM terdekat dan mentransfer uang dari rekening kita.

Pernah juga kejadian di saya, tiba-tiba dapat WA Dari nomor yang mengatasnamakan  olshop dengan pesan jika saya mendapatkan hadiah uang. Lantas si penipu, meminta saya untuk memfoto kartu ATM yang terlihat 16 angka dan tiga angka di baliknya. Untung saya paham jika ini adalah salah satu modus penipuan. Saya pun melaporkan nomor tersebut kemudian memblokirnya.

Ada lagi kejadian yang membuat saya terperanjat, saat itu saya berkunjung ke minimarket untuk membeli sesuatu. Seperti biasa, saya membawa kartu debet sebagai alat pembayaran. Entah apa.maksud kasir minimarket tersebut, kartu ATM saya difoto dengan alasan struk belanja sebelumnya belum keluar. Alasan yang aneh. Saya naik pitam. Saya meminta si kasir untuk menghapus foto tersebut. Karena kartu debet tersebut ada mobile bankingnya, saya langsung mengamankan uang yang masih ada dengan mentransfer  semua uang ke bank yang lain. Besoknya saya datang ke bank tersebut dan segera mengganti kartu ATM dengan yang baru. Secara otomatis 16 nomor yang ada di ATM berganti dengan 16 nomor ATM yang baru.

Barangkali kejadian yang menimpa saya kemudian saya antisipasi sedemikian rupa terlihat berlebihan. Tapi percayalah, saya melakukan itu semua agak terhindar dari kejahatan siber.

Baru-baru ini, beberapa nasabah BRI terkena pishing dengan modus pesan whatsapp dengan perubahan biaya transaksi menjadi 150ribu. Nasabah diarahkan untuk mengklik dan menyerahkan data-data pribadi kepada penipu.

Dari beberapa kejadian yang saya alami, ada beberapa jenis kejahatan perbankan yang patut kita waspadai agar kita dapat menjadi Nasabah Bijak dalam menghadapi setiap kejahatan:

1. Skimming

Ini biasanya terjadi di ATM. Data nasabah digandakan dengan mesin ATM yang terpasang alat skimmer. Untuk itu sebagai Nasabah Bijak, saat melakukan transaksi di ATM lihat dulu mesin ATM yang digunakan, cek juga nomor BRI yang valid.

2. Phising

Nah ini yang juga marak terjadi, pishing biasanya menggandakan data nasabah melalui layanan internet banking, SMS dan penyebaran link palsu.

3. One Time Password

Pada kejahatan ini, uang nasabah disedot melalui sejumlah situs jual beli (e-commerse).

4. Vishing (Voice Phising)

Pelaku menghubungi nasabah melalui sambungan telepon dan berpura-pura berasal dari pihak bank.

5. Sim Swap

Kejahatan ini merupakan pencurian data dengan mengambil alih nomor handphone untuk mengakses alun perbankan korban.

Untuk mengantisipasi inj, BRI memastikan bahwa BRI tidak pernah mengirimkan pesan terkait perubahan biaya transfer. BRI juga mengimbau kepada semua nasabahnya untuk tidak memberikan data pribadi seperti kata sandi, kode OTP kode CVC/ CVV, PIN dan M-Token kepada orang lain. Selain itu BRI juga mengingatkan nasabah untuk menghubungi nomor resmi dan official sosial media BRI.

Menjadi Penyuluh Digital

Sebagai Nasabah Bijak, sudah seharusnya kita menjadi bagian dari Penyuluh Digital dengan membuat konten-konten terkait kewaspadaan akan kejahatan siber. Membuat konten Tiktok terkait kejahatan perbankan yang harus diwaspadai. Atau membuat konten terkait pengalaman yang pernah dialami yang berhubungan dengan Membuat tulisan di blog terkait tips menghindari kejahatan siber atau menceritakan pengalaman terkait penipuan atau kejahatan siber.

Yuuk bergabung dengan gerakan Nasabah Bijak dan ikut menjadi Penyuluh Digital untuk Indonesia yang lebih baik dari kejahatan siber.

 

 

 

1 komentar

  1. Menjadi penyuluhan digital kita bantu orang lain tidak jadi korban penipuan sekaligus bisa jadi orang yang bermanfaat

    BalasHapus