Kolaborasi JNE Bersama PT. Bandara Internasional Bali Utara untuk Logistik Indonesia Timur

 


Ngomongin Indonesia Timur, selain Bali, dua daerah yang sudah saya kunjungi adalah Makassar dan Sumba, NTT. Khususnya Sumba, saya sudah berkunjung hingga tiga kali. Masing-masing di musim yang berbeda. Kali pertama berkunjung musim kering. Rerumputan savana yang terkenal dari Pulau Sumba terlihat kering. Tak lagi warna cokelat, namun sudah berubah menjadi warna abu-abu. Selain rumput, pepohonan yang menghias sepanjang perjalanan juga terlihat abu-abu.

Kunjungan kedua ke Sumba, musim sudah berubah. Musim penghujan. Kali ini, padang rerumputan Savana terlihat menghijau. Pohon yang musim sebelumnya terlihat abu-abu, kini kembali menghijau. Kunjungan ketiga ke Sumba adalah musim peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Saat itu, rerumputan mulai berwarna coklat. Pohon juga sudah mulai menguning dan berguguran daunnya.

Tiga kali ke Sumba, dengan peralihan musim yang berbeda, suhu di Sumba tetaplah panas. Tidak sekedar panas, namun gerah luar biasa. Saat berkegiatan di daerah-daerah di Sumba Utara, suhu panas yang nyaris tanpa angin membuat gerah dan tidak nyaman.

Namun meskipun suhu di Sumba panas, keindahan Sumba memang tak usah diragukan. Sepanjang perjalanan di Sumba Utara,  kami melewati garis pantai. Pernah sesekali kami makan siang kemudian menyantap hidangan di pinggir pantai. Pantai yang sepi pengunjung dan masih terlihat begitu alami dengan laut warna hijau toska membuat saya takjub luar biasa. Belum lagi pasir putih dengan ragam keong dan kerang yang masih hidup alami tanpa ada pencemaran.

Sumba tak hanya terkenal dengan pantai indah dengan laut hijau toska. Sumba juga dikenal dengan padang rumput savana dengan bukit bukit yang indah. Menakjubkan. Pernah saya berkunjung ke salah satu restauran dan penginapan di atas bukit yang pemandangannya adalah lembah dan bukit bukit yang indahnya bukan main.

Oh ya, sepanjang perjalanan, di padang rumput akan terlihat kuda-kuda yang dilepas begitu saja oleh pemiliknya. Tak hanya kuda yang bebas berkelana, sapi pun demikian. Bebas hidup di padang rumput. Di sekitar pemukiman warga, kambing dan babi juga bebas berkeliaran.

Keeksotisan Sumba yang masih alami membuat banyak orang bermimpi untuk berlibur ke Sumba. Termasuk beberapa film Indonesia pernah mengambil Sumba sebagai latar belakang tempatnya, sebut saja Marlina Si Pembunuh 4 Babak yang sepanjang film mengeksplorasi Sumba dengan amat baik. Alur cerita yang menarik ditambah dengan akting memukau Marsha Timoty dan Dea Panendra membuat film ini berhasil meraih Piala Citra termasuk di dalamnya untuk film terbaik, sutradara terbaik dan pemeran utama wanita dan peran pendukung wanita terbaik.

Selain Film Marlina Si Pembunuh 4 Babak, film yang mengambil Sumba sebagai layar tempatnya adalah Pendekar Tongkat Mas, Susah Sinyal, Humba Dreams. Di film film ini, Sumba juga tak kalah di eksplore keindahannya.

Saat kembali dari sekolah menuju ke penginapan, kami melewati sebuah jurang yang di atasnya ditumbuhi pepohonan. Salah satu guru yang ikut menumpang di mobil langsung menunjuk atea jurang tersbut, “Nah ini pak, salah satu tempat syuting Film Pendekar Tongkat Mas,” ujarnya. “Pas adegan jatuh ke jurang gitu, “ lanjutnya. Saya yang kebetulan menonton filmnya langsung mengangguk dan paham adegan yang dimaksud.

Kolaborasi JNE Bersama PT. Bandara Internasional Bali Utara

Masih ngomongin soal Indonesia Timur, JNE dan PT. BIBU (Bandara Internasional Bali Utara) menjalin kerjasama untuk sinergi bisnis dalam pengembangan jalur logistik dan ekspedisi di Kawasan Indonesia Timur.

Nah, Penandatangan Nota Kesepahaman dilakukan oleh Presiden Direktur JNE, M. Feriadi Soeprapto dan Direktur Utama PT. BIBU Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo di Kantor Pusat JNE Jl. Tomang Raya 11 Jakarta Barat pada tangga 28 Oktober 2022 lalu.

“Bersyukur karena JNE diberikan kepercayaan oleh PT. BIBU untuk melengkapi Hub JNE Express di Bandara Internasional Bali Utara untuk mempercepat proses pelayanan distribusi logistik di kawasan Indonesia Timur yang semakin berkembang perekonomiannya. Dengan jaringan dan jangkauan yang kini sudah memiliki sekitar 8 ribu titik layanan penjualan dengan 90.000 kota kelurahan di berbagai provinsi, kabupaten, desa, dan bahkan hingga pulau terluar, JNE akan memberikan kontribusi untuk melayani pelanggan dan masyarakat di seluruh Indonesia,” ujar Bapak M. Feriadi Soeprapto selaku Presiden Direktur JNE saat memberi sambutan.

Sementara itu Direktur Utama PT BIBU Panji Sakti, Ir. Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo, menyatakan, kolaborasi antara JNE dan PT BIBU adalah kolaborasi yang sangat positif. Karena menurutnya, JNE sudah memiliki pengalaman lebih dari 32 tahun sebagai perusahaan distrisibusi terdepan dan mempunyai jaringan yang luas di seluruh Indonesia. “Melihat potensi JNE yang bagus, kami berharap kolaborasi ini akan terus ditingkatkan di masa yang akan datang sehingga dapat mendukung dan mempermudah jalur logistik dan ekspedisi di kawasan Indonesia Timur,” terangnya.

Saat ini JNE telah didukung oleh 50.000 karyawan, ribuan kendaraan operasional, jaringan  terintegrasi, sehingga menjamin kecepatan dan ketepatan waktu pengiriman. Selain itu, dukungan infrastruktur yang memadai serta IT yang memudahkan customer untuk mendapatkan update informasi kiriman secara realtime.

Sesuai dengan tagline JNE “Connecting Happiness “, dengan kolaborasi ini JNE mampu memperluas jangkauan pelayanan sehingga masyarakat semakin mudah mengakses produk JNE  agar memberikan manfaat yang seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di Indonesia Timur. Salut untuk JNE!

 

Tidak ada komentar

Posting Komentar