Review Buku Literasi Emosi


“Parenting adalah sinergi dari mothering and fathering. Oleh karenanya pendidikan literasi emosi adalah tanggung jawab Ayah dan Bunda. Kehadiran keduanya mampu mencerahkan pikiran dan hati anak tercinta.”

Sebagai seseorang yang lama berkecimpung di dunia pendidikan anak. Saya merasa kenyang sekali dengan ilmu-ilmu terkait dengan pendidikan. Berbagai pelatihan, seminar, workshop sudah kerap saya dapatkan saat menjadi seorang guru. Ilmu-ilmu terkait dengan dunia edukasi tersebut saya aplikasikan ke peserta didik dan semua berjalan sesuai ekspektasi. 

Belasan tahun bergelut menjadi guru rasanya ilmu-ilmu tersebut cukup mudah dilakukan. Namun pindahnya saya dari guru ke Divisi lain dan tidak lagi mengajar ilmu-ilmu itu perlahan mulai tumpul.

Sejak menikah dan memiliki anak, ilmu tentang penanganan anak yang mulai tumpul masih ada yang melekat hanya kadang kondisinya naik turun. Naik turun di sini artinya kadang saya ikuti ilmu yang saya peroleh kadang lupa alias pakai emosi. Belum lagi “luka batin” pegasuhan di masa kecil silam belumlah tuntas, sehingga masih terbawa dalam pengasuhan anak.

Saat saya mendapat kan buku Literasi Emosi ini, saya seperti memperoleh oase di gurun pasir. Jujur kesibukan saya yang berkutat dengan urusan sosial media, nyaris membuat saya jarang sekali mengulik sebuah buku. Duduk berlama-lama sembari larut dalam diksi- diksi, larut dalam pikiran yang berkelana mengikuti alur cerita. Rasanya itu sudah lama tidak saya lakukan. Dan saat buku Literasi Emosi ini sudah berada di tangan, saya kembali larut dalam penyegaran akan ilmu-ilmu yang sudah saya peroleh sebelumnya.

Buku Literasi Emosi

Terdapat 8 BAB dalam buku ini yang berguna sekali untuk calon orangtua maupun yang sudah menjadi orangtua. Setiap Bab dalam buku ini tidak saja menghadirkan materi terkait pengelolaan emosi namun juga disertai dengan sesi praktik dan aplikasi dan sesi refleksi.

Pada tiga Bab terakhir kita disuguhkan dengan jurnal jurnal yang dapat diisi untuk dipraktikkan di rumah bersama buah hati. Ada juga assessment dan testimoni tentang hati yang bahagia dengan literasi emosi.

Menurut Steiner, literasi emosi adalah kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri, kemampuan untuk mendengarkan orang lain dan berempati dengan emosi emosi mereka, serta kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara adaptif.

Terdapat lima dimensi Literasi Emosi

1. Kemampuan mengenali dunia rasa dan emosi ( Knowing your own feeling)

Pada kemampuan ini kita belajar tentang mengenal nama emosi, kadar, alasan, bahasa tubuh, pesan juga kebutuhan emosi. Makin sensitif atau peka terhadap dunia rasa makanan literasi emosi akan semakin baik.

2. Kemampuan mengasah hati dengan empati

Pada kemampuan ini, kita mampu berempati secara afektif, kognitif, juga welas asih. Kemampuan membaca dunia rasa dan emosi orang lain.

3. Kemampuan mengelola kehidupan emosi

Kemampuan ini adalah mengelola kehidupan emosi dengan cara yang sehat dan bermanfaat bukan merusak. Kemampuan ini dapat mengarahkan emosi untuk mencapai tujuan hidupnya.

4. Kemampuan menangani dan memperbaiki kerusakan emosi

Kemampuan ini dapat menangani dan memperbaiki kerusakan emosi dengan bertanggungjawab dan meminta maaf disertai kelapangan memaafkan tulus dari hati.

5. Kemampuan mengintegrasikan sempat dimensi literasi emosi

Pada kemampuan in, kita dapat memadukan empat dimensi sebelumnya untuk menangani momen emosional di lingkungan guna tercapainya keharmonisan relasi dalam jangka panjang.

***

Penjelasan demi penjelasan di setiap Bab mampu dijelaskan dengan baik oleh penulis. Pembahasan semakin menarik tatkala di setiap Bab disuguhi contoh kasus, sesi praktik, refleksi dan contoh contoh kegiatan yang mendukung penjelasan setiap Bab.

Saat membaca banyak sekali bagian bagian yang related dengan kehidupan saya terutama dengan si kecil. Pada halaman 27 contohnya, izinkanlah anak anak untuk menginjak gas. Zea masih berumur 3 tahun, di mana usia tersebut si kecil berekspresi spontan, bereksplorasi, berimajinasi, berorientasi pada aku, dan bergerak sebebas mungkin. Tapi karena kadang males meladeni atau merasa terganggu jadilah kami mengerem itu. Padahal dengan mengerem, ini sudah menyalahi kodrat. Anak anak ketika dewasa nanti rentan menjadi sosok peragu dan penakut.

Di halaman 61 dibahas momen momen emosional yang kritis pada anak....

Toilet Training

Perlu ekstra kesabaran saat melakukan proses kegiatan ini. Sebaiknya toilet training anak perempuan ditemani bunda dan jika anak laki laki ditemani sang ayah.

Temper Trantum

Saat anak sedang frustasi, sebaiknya kita mencari sebabnya dan penuhi kebutuhan emosi anak.

Hadirnya Adik

Di bagian ini lebih fokus dalam mengelola emosi cemburu. Libatkan si kecil dalam menyayangi adiknya.

Anak sedang Sakit

Hadirkan kepedulian kita juga harapan akan kesembuhannya. Saat si kecil sakit emosi sedih, tidak berdaya, rasa takut, marah biasanya kerap muncul.

Membaca lembar demi lembar buku ini membuat saya kembali tercerahkan apalagi beberapa bagian related sekali dengan kondisi saya, istri dan si kecil. 

Sebagai seorang ayah yang belasan tahun berkecimpung di dunia pendidikan saya sangat setuju dengan quote yang ada di buku ini sekaligus menjadi pembuka tulisan ini “Parenting adalah sinergi dari mothering and fathering. Oleh karenanya pendidikan literasi emosi adalah tanggung jawab Ayah dan Bunda. Kehadiran keduanya mampu mencerahkan pikiran dan hati anak tercinta.”

Jadi untuk ayah bunda atau guru yang ingin si kecil atau siswanya cakap literasi emosi, sudah saatnya untuk memiliki buku ini, Buku Literasi Emosi.

Judul Buku : Literasi Emosi

Penulis : Dandy Birdy dan Diah Mahmudah

Penerbit : Dandiah Care

Tahun Terbit : 2022

Tebal : 212 halaman


 

 

 

 

Tidak ada komentar

Posting Komentar