Serunya Ideafest 2018


Sepanjang Ideafest digelar, ini adalah kali pertamanya aku ikutan. Aku sih pernah dengar acara ini di tahun-tahun sebelumnya. Cuma memang baru rezekinya tahun ini bisa gabung.
Okey, ideafest tahun ini dibuat dua hari. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan aku cuma ngambil yang satu hari saja. Tiket satu hari Rp. 1.100.000,- karena kami dari lembaga pendidikan, beli tiket satu gratis satu. Horee...
Setelah dapat tiket elektroniknya, di hari Jumat, 26 Oktober aku dan teman satu sekolah berangkat menuju JCC. Terus terang, aku sudah lama nggak berkelana ke Jakarta. Kalau nggak penting-penting banget kayaknya enggan menginjakkan kaki.
Kami naik kereta pagi sekitar jam delapanan karena acara dimulai jam sepuluhan. Jadi nyantailah ya! Aku pikir jam delapan kereta nggak penuh kayak biasanya, tapi ternyata tetap penuh. Stasiun tujuan akhir kami adalah Stasiun Cawang. Dari Stasiun Cawang menuju ke JCC bakal kami ditempuh dengan dua opsi, opsi pertama naik transportasi online. Opsi kedua naik Trans Jakarta. Nah, opsi pertama setelah cek di gocar maupun grabcar harganya nggak masuk akal karena lagi ada di jam sibuk. Pilihan ada di opsi kedua dong. Tapi kartu flazz nggak terbawa. Untung saat di kereta, aku ketemu teman dan meminjamkan kartu flazznya. Alhamdulillah.
Turun dari Stasiun Cawang, kami jalan menuju busway Trans Jakarta. Setelah isi ulang kartu, akhirnya kami naik busway menuju ke JCC. Sepanjang jalan, macet nggak bisa dihindari. Pembangunan di sepanjang jalan membuat jalanan semakin menyempit sedangkan volume kendaraan banyak seperti biasa sehingga bus dan mobil-mobil lainnya jalan melambat.
Seingatku, waktu tempuh dari Stasiun Cawang menuju ke JCC kurang dari setengah jam. Sedangkan ini sejam lebih. Luar biasa perjuangannya.
Sekitar jam setengah sebelasan, kami sampai di JCC. Sepanjang lobi sudah terlihat antrean panjang. Bingunglah ya. Ini antrean buat beli tiket, buat nukerin hadiah atau buat apaan? Mana panitia nggak ada lagi. Akhirnya, aku tanya ke satpam yang jaga. Elektronik tiket yang didapatkan harus ditukar jadi tiket cetak yang jadi tanda masuk. Oalah....
Antrean dibagi menjadi tiga baris, panjangnya luar biasa. Ada kali, satu antrean seratus orang. Ini yang bikin aku agak heran, antrean panjang begini yang ngelayanin cuma tiga pos buat redempton tiket. Mana ini hari Jumat dan kudu siap-siap buat sholat Jumat. Dan... jam sudah setengah sebelasan. Hadeeeh....
Antrean panjang untuk redemption tiket

 Antrean makin mengular. Sekitar jam setengah duabelas akhirnya, aku bisa ketemu sama panitia yang melayani proses redemption. E-tiket ditukar jadi name tag beserta barcode dan nama kita. Baru aja beres nukerin tiket. Eh, antrean yang berbaris diperbolehkan masuk. Nggak perlu redemption tiket karena waktunya sudah mepet. Jadi kalau mau masuk ke kelas-kelas tinggal menunjukkan e-tiketnya. Hmme.... panitia emang benar-benar nggak jelas.
Akhirnya kami masuk ke JCC. Karena waktu sudah masuk Jumatan, aku berwudhu dan sholat Jumat dulu di Ruang Cendrawasih yang diset untuk sholat.
Selesai sholat Jumat, aku cari rundown acara karena tadi nggak dikasih pas redemption tiket. Keluar lagi lah kita. Dan akhirnya dapat rundown acaranya. Kalau dilihat acaranya keren-keren, ada sekitar 70an kelas di hari pertama dengan tokoh-tokoh inspiratif.
Jam satu sesuai di jadwal, aku mengambil kelas Travelling, The Spending That Makes You Riches. Saat menuju ke ruangan, Musk Room. Antrean sudah membludak. Aku mikir keras. Ini bisa jadi karena temanya emang yang keren, atau speakernya yang menarik. Christian Sugiono gitu loh, aktor dan founder Males Banget Dot Com (MBDC). 
Christian Sugiono founder MBDC
Semua peserta sudah duduk manis di bangkunya masing-masing. Sebagian yang nggak kebagian tempat duduk berdiri di kanan dan kiri ruangan. Suara panitia terdengar menenangkan peserta.

“Baik, harap tenang karena kelas How To Deliver Powerful Message As A Female Leader bersama Desy Bachir dan Karina Nadila akan dimulai!”
Loh kok?
“Maaf akan perubahan ini. Semua acara jadi mundur karena opening acara Ideafest yang juga mundur.”
Gubraklah!
Sebagian besar peserta yang mau ikut kelas travelling berangsur-angsur meninggalkan ruangan termasuk aku. Jadi kelas yang harusnya dilaksanakan jam 11an mundur jadi jam satuan. Berarti semua acara mundur semuanya ya.
Akhirnya, aku mengambil kelas Workshop: Understanding Vlog And Daily Content Creation bareng Fathia Izzati. Setidaknya aku pernah melihat youtubenya Izzati. Jadi nggak berasa asing-asing banget.
Sejam berikutnya, aku balik lagi ke Musk Room ikut kelas Travelling bareng Christian Sugiono. Dilanjutkan kelas Light of Hope for Indonesia bareng Dian sastro dan Satu Indonesia Awards di ruangan yang sama.
Satu Indonesia bersama Dian Sastro

Karena ada beberapa perubahan kelas, aku masih kebagian kelas Scaling Up Your Culinary Business dan You Are What You Read: Good Content Leads to Godd Life barengan Chelsea Islan.
Setelah maghrib, acara tambah molor. Kelas yang seharusnya dimulai jam 6 sore molor jadi jam tujuh lebih. Acara yang seharusnya beres jam 20.15, selesai jadi jam setengah sepuluhan.
Molor dan perubahan acaranya sih enggak masalah. Tapi yang bikin aku bingung tuh, panitianya pada kemana. Sebenarnya ada, cuma karena pakai kaos warna hitam yang di depannya bertuliskan Idea Fest jadi kurang dikenali. Yang pakai baju warna hitam kan banyak. Jadi kalau mau tanya-tanya perlu cari-cari dulu.
Terus ada kelas-kelas yang dibatasi jumlah audiencenya, kayak kelas Raditya Dika. Setahuku dari obrolan sesama peserta, kelasnya cuma dibatasi 20 hingga 30 orang. Kan sayang banget. Masalahnya acara ideafest ini bukan acara gratisan, acara berbayar yang nggak juga dikatakan murahan kan?
Selain itu, materi di kelas-kelas kurang mendalam sih menurutku. Masih sekitaran kulitnya. Ada kelas yang bagus tentang Special Needs, tapi kebanyakan speakersnya, jadi waktu satu jam nggak cukup buat para speakers menjelaskan materinya satu persatu. Ujung-ujungnya pertambahan waktu. Tambah lima menit, jadi lima belas menit terus jadi 30 menit. Dan kelas berikutnya molor berlipat-lipat.
Ada kelas yang speakersnya bagus, seperti penulis buku Resign Almira Bastari dan penulis sekaligus youtuber Ria Sukma Wijaya tapi moderatornya nggak asik. Hmme...
Ketemu Ria SW
Semoga Ideafest berikutnya, audience yang sudah beli tiketnya nggak perlu tukar tiket lagi dengan antrean panjang. Padahal di dalam, kelas-kelas sudah mulai. Jejak panitia yang lebih terlihat dengan pakai kaos yang designnya eye catching. Perubahan kelas yang diinformasikan segera. Time keeper yang tegas agar satu kelas nggak molor dan berimbas kemoloran kelas-kelas berikutnya. Dan materi kelas yang nggak sekedar kulitnya doang, beberapa kelas materinya sudah mendalam, beberapa masih kurang.
Sayang sekali sih, acara sekelas Ideafest beberapa hal tidak dikelola dengan baik.
Ya, terlepas dari itu semua. Acara Ideafest itu salah satu festival tahunan yang ditunggu-tunggu karena menghadirkan tokoh dan kelas yang inspiratif. Apakah acaranya bakalan lebih rapi dari tahun 2018 ini? We’ll see!

Tidak ada komentar

Posting Komentar