Kolaborasi Siegwerk dan SOS Children’s Villages Jakarta “Digital Village dan Youth Can!”


“Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di republik ini adalah “dosa” setiap orang terdidik yang dimiliki republik ini. Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan.” Anies Baswedan (Indonesia Mengajar)

Sekitar jam setengah dua mobil Mas Harris yang kami tumpangi tiba di sebuah pemukiman nan asri di tengah hiruk pikuk Kota Cibubur. Saat masuk pemukiman, rumah-rumah bertembok bata merah terlihat jelas, membuat saya bertanya-tanya, ini pemukiman elit, villa atau tempat menginap?
Ada beberapa rumah yang berjajar, berhadapan. Seperti bertetangga. Pohon buah juga berjajar rapi: ada mangga, rambutan, jambu air dan sawo. Pohon mangga terlihat berbuah begitu pula dengan pohon rambutan yang buahnya masih mungil. Di plang depan terdapat tulisan SOS Children’s Villages.
Kami mendatangi sebuah rumah asri, dengan banyak tanaman hias di depan teras. Ada dua ibu sedang berbincang. Kami meminta ijin untuh singgah dan mengobrol. Ibu Arista Saragih dan Ibu Leony nama dari mereka.
 
Ibu Arista Saragih begitu semangat bercerita tentang SOS Children's Villages

“Ini adalah SOS Children’s Villages, organisasi sosial non profit  yang didirikan untuk menampung anak-anak yang kehilangan orangtuanya atau pengasuhan. Mereka akan diberikan keluarga dan rumah dengan penuh kasih sayang,” jelas Ibu Arista. “Di sini ada 15 rumah, dan setiap rumah ada 7 sampai 15 anak dengan satu ibu pengasuh. Nah, saya dan Ibu Leony ini pengasuh anak-anak, masih ada 13 ibu pengasuh lagi berarti. Kami merawat mereka, mencarikan mereka sekolah, memasak seperti ibu-ibu pada umumnya,” lanjut Ibu Arista.
“SOS ini sudah ada sejak tahun 1949 didirikan di Wina Austria. Sekarang SOS sudah ada di 134 negara termasuk di Indonesia. Kalau di SOS Children’s Villages Indonesia mengasuh dan menaungi lebih dari 5000 anak,” ucap Bu Leony.
“Iya, 5000an anak ini tidak hanya di sini. Ada juga di Lembang, Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Tabanan, terus... Medan dan Banda Aceh,” balas bu Arista dengan logat Bataknya yang cukup kental.
“Sebagai ibu asuh, kami mendapatkan gaji. Tapi kami tidak diperbolehkan untuk menikah. Kami benar-benar meniatkan hati dan jiwa raga kami untuk mengasuh anak-anak,” ujar Ibu Leony.
“Saya baru 24 tahun menjadi ibu pengasuh. Enam tahun lagi saya pensiun. Anak-anak saya sudah banyak yang mandiri, mereka bekerja, bahkan sudah menikah. Setiap hari Sabtu, saya dikunjungi cucu-cucu saya. Bahagianya,” jelas bu Arista sembari tersenyum.
Saya terperangah. Duapuluh empat tahun mengabdi? Luar biasa.
Masih seru dan asyik berbincang, jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Arista dan Leony atas waktu dan cerita inspiratif yang telah dikisahkan. Kemudian kami pamit dan menuju aula SOS untuk menghadiri peluncuran Library Digital persembahan Siegwerk. Hari ini, tanggal 1 November 2018, Siegwerk yang merupakan perusahaan international yang bergerak dalam tinta cetak dan solusi untuk kemasan, label dan katalog telah mendukung adanya digital library di SOS Children’s Villages.
Acara dibuka MC sekitar pukul tiga sore. Kemudian dilanjutkan dengan Tarian Zapin Riau yang ditampilkan oleh anak-anak SOS. Acara dilanjutkan sambutan  Mr. Harbert Forker, CEO di Siegwerk.
 
Tari Zapin oleh anak-anak SOS Children's Villages

“Dalam sistem pendidikan saat ini, anak-anak membutuhkan akses ke sumber daya digital dan metode kerja karena pengalaman digital meraka akan sangat mempengaruhi prospek masa depan untuk kelayakan kerja. Itu sebabnya kami memutuskan untuk mendukung SOS Children’s Villages Jakarta untuk meningkatkan standar digitalnya dengan meningkatkan perpustakaan yang ada menjadi fasilitas digital,” ucapnya antusias.
 Mr. Harbert Forker, CEO di Siegwerk
“Siegwerk telah mensponsori puluhan ribu euro yang telah diinvestasikan berupa perangkat komputer baru, jaringan internet, peralatan presentasi interaktif yang canggih dan fasilitas konferensi video. Selain itu, 15 rumah keluarga telah dilengkapi dengan komputer, akses internet dan jaringan ke perpustakaan.”
Nah, perpustakaan digital yang baru dibuka juga akan berfungsi sebagai pusat pembelajaran komputer. Untuk maintenance, ada tenaga profesional yang ditempatkan di SOS untuk mengelola dan memelihara peralatan dan fasilitas baru. Hal ini dilakukan agar dapat menjaga pendidikan digital tetap up to date.
Selain menyediakan perpustakaan digital di SOS Children's Villages Jakarta, Siegwerk juga mendukung program Youth Can! Program yang secara nyata membantu kaum muda di Indonesia untuk siap menghadapi dunia kerja.
Sambutan berikutnya adalah Bapak Gregor Hadi Nitihardjo selaku Direktur Nasional SOS Children’s Villages Indonesia. 
 Bapak Gregor Hadi Nitihardjo selaku Direktur Nasional SOS Children’s Villages Indonesia.
“Lebih dari 64 juta anak muda di seluruh dunia menganggur dan banyak lagi yang tidak memiliki penghasilan cukup untuk membangun kehidupan yang stabil dan mandiri. Kami sangat mengapresiasi kerja sama dengan Siegwerk sebagai  mitra untuk keterbatasan kaum muda di Indonesia mendapatkan akses informasi di dunia kerja.”
Setelah sambutan demi sambutan, kami menonton video terkait apa yang sudah dilakukan Siegwerk dalam program Youth Can! Beberapa anak muda dengan usia kisaran 20 hingga 24 tahun mengikuti kelas demi kelas. Siegwerk menyelenggarakan pelatihan karir, kelas TOEFL bahasa Inggris, program magang atau pelatihan tentang kewirausahaan di SOS Children’s Villages Jakarta.  Pelatihan dilakukan baik oleh karyawan Siegwerk Indonesia atau oleh pelatih eksternal yang dapat memberikan sertifikasi khusus.
“Terimakasih Siegwerk, berkat pelatihan yang diberikan, saya siap membangun karir saya,” ucap seorang pemudi berambut gelombang.
“Berkat ikut Youth Can! ini, saya siap menghadapi dunia kerja,” ujar pemuda di akhir-akhir video. Kami pun bertepuk tangan.
Acara selanjutnya adalah telekonferensi melalui video. Bapak Gregor mencoba berbincang dengan beberapa ibu pengasuh beserta anak mereka dari rumah. Suasana terdengar begitu riuh. 
 
Tabuh gendang pertanda kerja sama antara Siegwerk dengan SOS terjalin


Acara seremonial perpustakaan digital ditutup dengan penabuhan gendang oleh anak-anak SOS Children’s Villages bersama Mr. Herbert Forker dan Bpk. Gregor Hadi Nitihardjo. Acara kemudian dilanjutkan dengan berkeliling ke perpustakaan digital.
Berkunjung ke Digital Library 
Perpustakaan tidak terlalu luas sekitar 40 meter persegi, ada rak-rak dengan buku yang tersusun rapi. Di sebelah kanan, ada belasan komputer yang berjajar rapi. Semua komputer sudah terhubung dengan internet. Di digital library ini tersedia sekitar 50-an buku mata pelajaran yang bisa dibuka dan dipelajari, sehingga memudahkan anak-anak untuk mengakses buku. Untuk selanjutnya, jumlah buku-buku yang masuk dalam digital library akan diupgrade terus.
 
Komputer dengan akses internet dan buku digital
Kami meninggalkan perpustakaan untuk kembali ke aula. Sepanjang perjalanan saya menarik nafas. Haru. Seperti qoute di awal tulisan ini. Tradisi Siegwerk adalah bertanggung jawab secara sosial.  Komitmen sosial untuk anak-anak telah menjadi hal yang penting bagi kita selama bertahun-tahun dan untuk karyawan kita berulang kali dalam menikmati kesempatan menjadi sukarelawan. SOS Children’s Villages di seluruh dunia adalah mitra yang dekat dengan tradisi kami dan membuat dampak positif di masyarakat tempat kami beroperasi. 
 
Foto bersama
Acara diakhiri dengan makan malam. Tidak hanya CEO dan karyawan Siegwerk yang hadir, anak-anak dari SOS Children’s Villages Jakarta juga turut serta bersama ibu pengasuh. Mereka yang terlihat berbeda karena keadaan adalah orang-orang beruntung karena ada di SOS Children’s Villages ini. Mereka yang kurang pengasuhan dan diabaikan pendidikannya, terangkat derajatnya berkat SOS ini.
Semoga kolaborasi Siegwerk dengan SOS Children’s Villages ini berdampak bagi peningkatan kualitas pendidikan dan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. 
Baca juga: 
Menabung Milyaran Rupiah di Sobatku 
Serunya Ideafest 2018 
Malea Emma dan Kepercayaan Dirinya

Tidak ada komentar

Posting Komentar